TARI TUNGGAL
1.
TARI REMO
Tari Remo adalah salah satu tarian untuk penyambutan tamu agung, yang ditampilkan
baik oleh satu atau banyak penari. Tarian ini berasal dari Provinsi Jawa Timur.
== Asal-usul ==Tari Remo berasal dari Jombang, Jawa Timur. Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan ludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah. Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.
TARI BERPASANGAN:
2. REOG PONOROGO
Reog adalah salah satu kesenian
budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal
Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog
dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih
sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
SEJARAH
Ada
lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog
dan Warok [1], namun salah satu cerita
yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada
masa Bhre
Kertabhumi,
Raja Majapahit terakhir yang berkuasa
pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat
dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam
pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu
meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela
diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan
harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan
Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan
kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog,
yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran
Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal
menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam
pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai
"Singa
barong",
raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan
bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat
para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang
diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol
kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan
kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol
untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang
mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Kepopuleran Reog Ki Ageng
Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan
menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang
untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap
melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri
masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer
di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana
ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi
resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang
berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia
dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri
dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya
Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian
hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan.
Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam
antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan
tariannya[3].
Hingga
kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur
mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog
merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang
ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat
yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan
yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih
berlaku.
3. TARI TOPENG
Tari
Topeng
adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di Indonesia sejak zaman pra-sejarah.
Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari
upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur.
Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap
sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi
berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.
Cerita
klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu
menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa
dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik
tersebut.
Topeng
Dayak
Di
daerah Kalimantan, suku Dayak menggunakan
topeng dalam Tari Hudog yang sering dimainkan dalam upacara keagamaan dari
kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari ini dimaksudkan untuk memperoleh
kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan
diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. Topeng yang digunakan
berwarna hitam, putih, dan merah yang melambangkan kekuatan alam yang akan
membawa air dan melindungi tanaman yang mereka tanam hingga musim.
Topeng
Bali
Keberadaan
topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan upacara keagamaan Hindu, karena kesenian luluh dalam agama dan
masyarakat. Tari Topeng Bali adalah sebuah tradisi yang
kental dengan nuansa ritual magis, umumnya yang ditampilkan di tengah
masyarakat adalah seni yang disakralkan. Tuah dari topeng yang
merepresentasikan dewa-dewa dipercaya mampu menganugrahkan ketenteraman dan
keselamatan.
Tari
Topeng Cirebon
Topeng
Malang
Topeng
Malang adalah kesenian tari topeng dari daerah Malang, Jawa Timur. Kisah yang
dibawakan biasanya berasal dari kisah Panji yang menceritakan kisah percintaan Raden
Panji Asmoro Bangun (Inu Kertapati) dengan Putri Sekartaji (Chandra Kirana).
Topeng
Reog
TARI KELOMPOK
4.
TARI KUDA LUMPING
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini
dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya
menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda
lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis,
seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan
pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum
Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar
Indonesia seperti di Malaysia.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan
properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak
satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat
verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
5. TARI JEJER GANDRUNG
Tari
jejer gandrung merupakan salah satu kebudayaan tradisional yang ada di daerah
Kabupaten Banyuwangi. Jejer Gandrung itu sendiri berasal dari bahasa osing
(bahasa asli banyuwangi) yang artinya “Jejer” adalah ditampilkan dan “Gandrung”
adalah senang. Jadi trai jejer gandrung adalah tari yang ditampilkan untuk
menyambut tamu-tamu atau undangan yang berkunjung ke Banyuwangi.
Tari jejer gandrung berasal di daerah Kemiren yaitu didaerah kaki gunung Ijen. Tari ini dimainkan oleh beberapa remaja putri dengan serasi, elok dan menawan.
Tari jejer gandrung berasal di daerah Kemiren yaitu didaerah kaki gunung Ijen. Tari ini dimainkan oleh beberapa remaja putri dengan serasi, elok dan menawan.
0 komentar:
Posting Komentar