Tujuan: Siswa mengenal, memahami dan mampu menyebutkan sejarah singkat, pengertian dan dasar-dasar seni teater
Dalam
Pendidikan Seni Teater, akan ditemui penggunaan istilah drama dan
teater. Bagi orang awam, kadang-kadang istilah drama dan teater ini
menimbulkan suatu penafsiran yang simpang siur. Oleh karena itu modul
ini memberikan penjelasan mengenai pengertian tentang drama dan teater
pada bagian awal :
1. Pengertian Drama dan Teater
Secara umum
sebenarnya kegiatan drama dan teater itu memiliki pengertian yang sama,
yaitu kedua-duanya menampilkan kegiatan berupa tontonan atau
pertunjukan kepada penonton (orang banyak). Materi yang dipertunjukanpun
sama yaitu mengambil tema kehidupan manusia itu sendiri yang dimainkan
oleh para pemain di suatu tempat yang dipertontonkan. Sedangkan yang
membedakan antara drama dan teater adalah terletak pada perbedaan ruang
lingkup objeknya saja.
1.1 Apakah Seni Drama itu ?
Istilah
drama berasal dari bahasa Indonesia. Drama seriing disebut juga dengan
istilah Sandiwara( bahasa jawa). Drama merupakan salah satu cabang
kesenian dari sekian banyak kesenian yang ada. Drama sering di sebut
sebagai seni campuran (combination art) sebab di dalamnya terdapat
beberapa unsur seni yang mencakup seni sastra, seni tari, seni rupa
(dekoratif), seni musik, seni tata rias. Drama disebut juga sebagai seni
peran karena setiap pemain/ aktor harus bisa menampilkan dirinya sesuai
peran, karakter dari setiap tokoh cerita yang harus dia mainkan di
atas sebuah panggung.
Dalam hal ini banyak sekali istilah-istilah
yang dapat dipakai untuk menyebut seni drama berikut jenis-jenisnya;
Sandiwara, tonil, lakon, drama komedi, komidi stambul, komidi bangsawan
dan sebagainya.
SANDIWARA, arti kata: Sandhi (Sandi = RAHASIA) dan
warah (wara = PENGAJARAN). Arti keseluruhan: Pengajaran yang dilakukan
secara rahasia / pralambang.Populer sejak zaman penjajahan Jepang
(1942-1945). Digunakan untuk menggantikan istilah TONIL (Istilah
Belanda: toneel = PERTUNJUKAN ). Dalam perkembanganya banyak orang
menyamakan toneel dengan KOMIDI, komidi bangsawan atau STAMBUL. KOMIDI
STAMBUL adalah komidi yang membawakan cerita dari negeri Istambul (
bekas ibu kota Turki ). COMEDY ( Inggris = PEMENTASAN YANG LUCU).
Kemudian ada istilah DRAMA KOMEDI = pementasan tentang kehidupan manusia
yang ceritanya/ lakonnya lucu, banyolan (bdk. humor ), badutan atau
mengandung cerita suka/ gembira sedangkan KOMIDI BANGSAWAN = komidi yang
dipentaskan untuk orang-orang bangsawan sehingga dalam pementasan-pun
sangat memperlihatkan unsur kemewahan. Dalam perkembangan budaya /
kesenian adat Jawa muncul istilah lakon LAKON (Jawa = perjalanan /
cerita), istilah tersebut hanya dikenal di beberapa daerah seperti:
Jawa, Bali, Madura serta daerah lain yang terkena pengaruh Kejayaan
Majapahit misalnya Banjarmasim dsk. Istilah tersebut dimunculkan oleh
beliau Kanjeng Gusti Pangeran Mangkunegara VII. Dalam perkembangannya
orang lebih suka menggunakan istilah TEATER untuk menyebut drama.
Di
antara cabang-cabang kesenian, seni sastralah yang erat sekali
hubungannya dengan seni drama. Sehingga banyak orang menganggap bahwa
seni drama merupakan bagian dari kegiatan seni sastra, alasannya karena
di dalam seni drama terdapat kegiatan penulisan lakon drama atau biasa
disebut naskah drama, sedangkan naskah drama dapat dikategorikan sebagai
salah satu dari hasil sastra. Sementara itu jika ditinjau dari
kedudukan kesenian di lingkungan masyarakat, ia merupakan bagian dari
kebudayaan.
Ditinjau dari asal katanya, kata drama berasal dari
bahasa Yunani Kuno, draomai yang artinya: berbuat, bertindak atau
bereaksi. Tetapi ketika pada masa Aehylus (525-456 SM) arti drama
mendapat penambahan menjadi kejadian, risalah atau karangan.
Untuk memperjelas arti dan pengertian drama di atas marilah kita tinjau arti drama dalam tiga pengertian :
Arti
Pertama : Drama adalah kwalitet komunikasi, situasi, action (segala apa
yang terlihat diatas pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan
(exiting) dan ketegangan pada pendengaran penonton.
Arti Kedua : di dasarkan pada beberapa pendapat tentang drama menurut :
1. Moulton, drama adalah : hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented inaction)
2. Brander Mathews, drama adalah : konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.
3. Ferdinand Brutierre, drama adalah : harus melahirkan kehendak manusia dengan action.
4. Balthazar Verhaden, drama adalah : kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak.
Arti
Ketiga : Drama adalah : cerita konflik dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di
hadapan penonton.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan guna mempersempit arti drama itu sendiri agar lebih
jelas yaitu, drama adalah : “kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan diatas pentas, dengan media percakapan, gerak dan laku yang
didasarkan pada naskah tertulis (sebagai hasil sastra) dengan atau tanpa
layar, musik, nyanyian atau tarian untuk disaksikan penonton.
1.2. Apakah Seni Teater Itu ?
Asal
kata bahasa ( Yunani: THEATRON yang diturunkan menjadi THEOMAI berarti =
TAKJUB MELIHAT/ MEMANDANG. Akhirnya teater memiliki pengertian sbb :
1. PANGGUNG/ GEDUNG TEMPAT PERTUNJUKAN SANDIWARA (Plato 428-348 SM, Thuoydides 471-395 SM)
2. PUBLIK, AUDITURIUM (Zaman Herodutus 490,480,224 SM)
3. KARANGAN TONIL
4. DRAMA/ SANDIWARA
Pengertian luas
Teater = SEGALA JENIS TONTONAN yang DIPERTUNJUKAN di depan ORANG BANYAK..
Contoh: Wayang orang, Ludruk Srandul, Lenong, Reog dan Akrobat (bdk. Barongsai)
Pengertian sempit:
Teater:
KISAH HIDUP (cerita kehidupan ) yang DICERITAKAN di atas PANGGUNG
(pentas) DISAKSIKAN ORANG BANYAK dengan media PERCAKAPAN – GERAK - LAKU
dengan atau - tanpa DEKORASI didasarkan pada sebuah naskah TERTULIS
(hasil seni Sastra) atau secara IMPROVISASI dengan atau - tanpa MUSIK
–NYANYIAN-TARIAN.
Jadi, teater merupakan KUMPULAN dari berbagai
macam unsur kesenian: SENI SASTRA, SENI TARI, SENI MUSIK, SENI RUPA
dsb. Terdapat 4 unsur pokok yang mutlak ada dalam teater yakni IDE
CERITA (naskah), PEMAIN (pelaku tokoh), GEDUNG (tempat, panggung,
arena) dan PENONTON (audiens). Jika dihilangkan satu saja dari ke empat
unsur tersebut maka tidak akan terjadi sebuah pertunjukan teater.
Ditinjau
dari asal katanya, teater berasal dari istilah “theatron” yang diambil
dari bahasa Yunani Kuno yaitu kata theaomai. Theaomai itu sendiri
memiliki dua macam pengertian yaitu :
1. Gedung pertunjukan atau
panggung. Pengertian ini telah digunakan sejak zaman Thucydides (471-395
SM) dan Plato (428-348 SM) di Yunani.
2. Publik atau auditorium, digunakan pada masa Heredatus (428-424 SM)
Tetapi
pada masa kini pengertian teater tidak hanya sebagai gedung
pertunjukkan saja. Sejalan dengan perkembangan zaman, teater telah
memiliki arti yang cukup luas dan kompleks, sekaligus melibatkan seluruh
kegiatan dan proses kejadian kisah hidup dan kehidupan manusia yang
dapat dipertunjukkan di depan orang banyak sebagai penonton. Pertunjukan
teater dapat saja berupa wayang orang, ketoprak, ludrug, randai,
membai, mayong, rangda, reog, sintren, lenong, tarling, dagelan, bahkan
sulapan atau akrobatik.
Berangkat dari pengertian diatas, maka teater
secara umum dapat dikatakan sebagai suatu hasil karya ciptaan seni yang
medianya berupa cerita yang diperagakan dengan gerak dan suara atau
dengan dialog yang disampaikan kepada penonton,
Segala bentuk
tontonan dapat dikatakan teater apabila tontonan itu memiliki empat
unsur penonton (diuraikan lebih lanjut pada bagian Hakekat Drama).
Keempat unsur ini harus terlibat dalam suatu bentuk pementasan, kalau
salah satu unsur tidak diikutsertakan, maka pertunjukannya bukan
pertunjukan teater.
1.3. Pendekatan Rumusan Drama dan Teater
Dari
rumusan drama dan teater diatas, kita dapat menarik suatu kesimpulan
bahwa ternyata antara drama dan teater memiliki persamaan terutama dalam
bentuk penyajian pementasannya. Dengan kata lain setiap tontanan drama
adalah teater, tetapi sebaliknya teater belum tentu dapat dikategorikan
drama.
Para pemain dalam pementasan drama selalu mempergunakan naskah
untuk membimbingnya, sedangkan para pekerja teater banyak dibimbing
oleh cerita serta dengan mudah menampilkan isi cerita dengan improvisasi
atau berdialog. Pemain drama harus mampu menganalisa naskah dan
menerapkannya dalam pemeranan, sedangkan pemain teater harus dapat
memainkan plot cerita yang disepakati bersama dalam bentuk tontonan.
2. Teater Sebagai Kerja Kelompok
Diantara
cabang seni lainnya, seni teaterlah yang paling banyak melibatkan
unsur-unsur lain bukan saja pelaku-pelaku teaternya tetapi juga
unsur-unsur Seni lainnya seperti Seni rupa, seni musik, seni tari dan
seni sastra. Selain dari pada itu juga penonton pun merupakan unsur
penting yang harus terlibat dalam sebuahi pementasan, karena tanpa
penonton sebuah kegiatan teater tidak berarti apa-apa
2.1 Pekerja Teater.
Yang
dimaksud dengan pekerja teater disini ialah sekumpulan orang-orang
yang terlibat langsung dengan kegiatan produksi sebuah pementasan
teater. Di dalamnya ada beberapa bidang yang masing-masing memiliki
potensj yang tidak sama namun merupakan satu kesatuan yang sangat
penting. Dalam sebuah produksi pementasan teater, tidak boleh ada
perasaan bahwa pemain lebih tinggi kedudukannya dan pada penata
artistik, tidak dapat pula disebut seorang penata sinar jauh lebih
berharga dari seorang tukan kerek layar. Semuanya sama-sana penting,
masing-masing memilkij kelebihan sendiri dan masing-masjng saling
mengisi untuk mengejar suatu hasil yang maksimal dari produksinya.
Memproduksi
pementasan teater merupakan suatu proses dimana seluruh pekera teater
menvisualisasikan suatu naskah lakon. Sedangkan orang yang paling
bertangung jawab atas tersebut, dimulai dari pemilihan lakon sampai
pelaksanaan pementasan adalah Sutradara. Ia adalah orang pertama dalam
sebuah produksi teater, dan memiliki tugas mengatur organisasij stafnya.
Untuk itu diperlukan perencanaan yang cermat, sebab sukses dan
tidaknya pementasan tergantung pada staf yang terorganisir dengan baik,
Penuh pengabdian, berkemampuan dan bertanggung jawab dalam menjalankan
tugasnya.
Organisasi untuk sebuah produksi pementasan teater akan
berbeda-beda tergantung pada ide dan teknik dari masing-masing sutradara
dan tuntunan naskah lakonnya. Kadang-kadang sebuah seksi mendapat tugas
lebih dari satu dan kadang-kadang pula beberapa seksi tidak perlu
dibentuk.
2.2. Hubungan Seni Drama dengan Cabang Seni lainnya.
Pementasan
seni drama pada dasarnya merupakan visualisasi dari naskah drama.
Sebagai bentuk ungkapan yang terlihat oleh mata sudah tentu menuntut
bentuk-bentuk yang konkrit. Bagaimanapun bentuknya sebuah pementasan,
pada akhirnya harus menyajikan suatu kualitas pertunjukkan yang
menyenangkan pada penontonnya. Apalagi seni drama termasuk salah satu
kegiatan seni manusia, yang harus dari padanya melahirkan ekspresi,
imajinasi dan keindahan.
Menilik dari unsur-unsurnya, seni drama
banyak ditentukan oleh keterlibatan cabang seni lainnya, seperti : seni
rupa, seni musik, seni tari dan seni sastra.
Berikut ini diuraikan bentuk keterlibatan dari masing-masing cabang seni diatas terhadap suatu kegiatan drama atau teater ;
1.
Seni rupa, banyak dilibatkan dalam kegiatan tata pentas, tata busana,
tata rias, dan setting, tata sinar, tata peralatan, pembuatan poster,
pembuatan spanduk, pembuatan undangan dan lain-lain. Seni rupa lebih
mengutamakan pada segala sesuatu yang bersifat “visual”.
2. Seni
Musik, banyak dilibatkan dalam kegiatan tata musik, tata bunyi, tata
suara, tata tembang, tata karawitan dan lain-lain. Seni musik lebih
mengutamakan pada segala sesuatu yang bersifat “audion”.
3. Seni
tari, banyak dilibatkan dalam kegiatan tata gerak, tata tari, pantomim
dan lain-lain. Seni tari lebih mengutamakan pada segala sesuatu yang
bersifat “gerak-gerik tubuh”.
4. Seni sastra, hampir semua kegiatan
drama berasal dari karya sastra misalnya penulisan sastra drama,
pengucapan dialog, gaya bahasa, bentuk bahasa dan lain-lain. Seni sastra
lebih mengutamakan pada segala sesuatu yang bersifat “cerita atau
lakon”.
3. Hakekat Drama
Drama adalah seni dalam bentuknya
yang bersifat audio-visual dan bagian dari kesenian. Seni selalu
mengabdi pada keindahan. Dan keindahan adalah yang menyenangkan.
Seni
drama merupakan hasil pengungkapan pengalaman dan kreatifitas manusia
dalam menghayati kehidupan ini. Hasil seni drama selalu berhubungan
dengan perasaan dan akhirnya juga membangkitkan semacam perasaan pula
terhadap pihak penerima, pendengar, pembaca dan penontonnya. Sebagai
kegiatan manusia, seni drama setidak-tidaknya harus cenderung kepada
nilai-nilai kemanusian yang luhur dan agung. Apa yang indah dalam suatu
drama mempunyai ciri-ciri tertentu. Keindahan ini nilainya relatif
tergantung dari tingkat dan intelektualitet dari penikmatnya. Dan
sebagai penikmat hasil seni yang baik sudah tentu ia harus memiliki
apresiasi seni yang baik pula.
Bahwa drama merupakan seni yang
bersifat visual, itu memang jelas. Mati hidupnya, lancar tidaknya, gagal
dan berhasilnya sebuah pementasan drama tergantung dari penyajian
visualisasi (peragaan) naskah dramanya diatas pentas. Dengan demikian
maka drama dalam bentuknya sebagai tontonan selalu ditunjang oleh empat
unsur, yaitu unsur idea, unsur pemain, unsur tempat dan unsur penonton.
Unsur
idea, Unsur idea sangat penting untuk memulai pertunjukkan. Unsur ini
dapat berupa plot cerita yang disampaikan langsung pada pemain atau
dituliskan berupa nasikah. Cara yang pertama banyak dilakukan oleh jenis
teater tradisional, sedangkan cara yang kedua banyak dikerjakan oleh
jenis teater modern.
Unsur pemain. Pemain atau aktor bertugas
“menghidupkan” tokoh-tokoh yang digambarkan oleh penciptanya dalam plot
cerita (unsur idea). Pemain harus menafsirkan watak tertentu yang
diinginkan oleh unsur idea.
Unsur tempat. Tempat atau panggung memang
dapat membatasi pengarang drama dalam menggambarkan ide-ideanya, tetapi
sekaligus juga memberi kesempatan untuk memusatkan semua gambaran dalam
satu tempat tertentu. Dengan cara ini maka perhatian penonton dapat
terpusatkan di satu tempat yaitu panggung.
Unsur penonton. Kedudukan
penonton sangat menentukan sekali dalam setiap pertunjukkan drama.
Mereka merupakan unsur yang sama pentingnya dengan unsur pemain atau
unsur penting lainnya. Makin banyak penonton dalam suatu pertunjukan
makin baik efeknya, bukan saja bagi penontonnya itu sendiri melainkan
juga bagi pemainnya.
4. Bagian-Bagian Dalam Drama
Dalam
menvisualisasikan sebuah lakon, pada dasarnya mempertunjukan
bagian-bagian dari keseluruhan lakon drama. Adapun bagian-bagian yang
erat hubungannya dengan pertunjukkan drama ialah : babak adegan, prolog,
dialog, monolog dan epilog.
4.1 Babak
Babak merupakan
bagian terbesar dalam sebuah lakon drama, pengarang cerita dapat
mengatur lakonnya: apakah terdiri dari satu babak atau lebih, hal ini
tergantung dari panjang pendeknya lakon yang dikarang. Biasanya untuk
menandai berakhirnya suatu babak diperlihatkan adanya perubahan setting.
Perubahan setting dapat berupa perubahan waktu kejadian atau tempat
kejadian.
Contoh :
- Lakon drama Dag Dig Dug karya Putu Wijaya setiap babaknya ditandai dengan perubahan waktu kejadian.
- Lakon drama Tengul karya Arifin C. Noer setiap babaknya ditandai dengan perubahan tempat kejadian.
4.2 Adegan
Adegan
adalah bagian-bagian dari setiap babak. Sebuah adegan hanya
menggambarkan suatu suasana yang merupakan rangkaian dari rentetan
suasana-suasana yang terdapat dalam sebuah babak. Untuk menandai
berakhirnya sebuah adegan biasanya terjadi penambahan atau pengurangan
para pelaku diatas pentas namun tidak merubah settingnya.
Berikut ini
dituliskan salah satu adegan dari lakon drama Kapai-Kapai karya Arifin
C.Noer. ditulis disini Bapak kedua, adegan ke-5
BAGIAN KEDUA
BURUNG, DIMANAKAH UJUNG DUNIA ?
5
Abu tepekur
YANG
KELAM : Ini adalah tahun 1960. ini bukan tahun 1919. Dia akan mati
pada tahun 1980. Sudah waktunya kerut ditambah pada dahinya.
Dia diberi kerut pada dahinya.
ABU : Tobat, apa yang telah kaulakkan ?
YANG KELAM : Menyobek kalender.
ABU : Hilang lagi.
6.Dan seterusnya.
4.3 Prolog
Prolog
adalah kata pendahuluan dalam suatu lakon drama sebagai pengantar
secara umum tentang lakon yang akan disajikannya. Dengan demikian prolog
memiliki fungsi mempersiapkan penonton untuk dapat mengikuti pada
suasana lakon yang segera akan disajikannya. Pada kesempatan ini pula
tidak jarang disampaikan susunan para pemain dan staf produksi
pementasan serta sinopsis lakon.
Berikut ini dituliskan prologf dari lakon drama Romeo dan Julia karya Wiliam Shakespeare :
Pada dua keluarga bangsawan yang sama megah
Di kota Verona yang indah, tempat cerita ini,
Meletuslah kembali permusuhan yang sedekala,
Hingga warga sama warga saling membunuh dan mati.
Dari kaum yang bermusuhan di kedua pihaknya.
Lahirlah dua sejoli dirundung malapetaka.
Oleh nasib yang malang, dalam makam mereka
Terkuburlah persabungan para ayahanda.
Kisah sedih sepasang kekasih yang sampai ajalnya.
Dendam khazumat antara ayah yang tak kunjung henti,
Sebelum ditebus oleh nyawa para putrandanya,
Akan tuan saksikan dalam dua jam ini.
Apakah pula aib celanya, dengan hikmah tuan
Permaianan ini hendak menuju keutamaan.
4.4 Dialog
Merupakan
percakapan antara pemain, biasa pula disebut “wawankata”. Pengucapan
dialog haruslah disertai dengan penjiwaan emosional disamping artikulasi
dan volume yang diucapkan cukup jelas terdengar. Dialog adalah
satu-satunya cara pengarang untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang
dirasakannya.
Berikut ini dituliskan dialog Letnan van Aken dengan
Kapten de Borst dalam film November 1828 yang disutradarai oleh Teguh
Karya.
contoh:
(INT) PENDOPO DEPAN RUMAH KROMOLUDIRO MALAM
Nampak
jelas bahwa di anatar Letnan van Aken dan Kapten de Borst ada penyekat
yang tidak mungkin bisa terbuka. Letnan Van Aken berjalan ke batas
kerangkengnya dan berbicara pada Kapten de Borst yang berada diluarnya.
LETNAN
VAN AKEN : Kau harus hentikan pertumpahan darah yang lebih banyak
lagi. Hari ini kau berhasil menembak salah seorang dari orangmu. Apa kau
yakin tidak ada lagi yang lain, yang jumlahnya mungkin lebih banyak
lagi ?
KAPTEN DE BORST : (dari balik kerangkeng). Akan kutembak lagi kalau masih ada yang lain
LETNAN VAN AKEN : Kalau semua dari mereka ?
KAPTEN DE BORST : (bangkit dan menghampiri kerangkeng itu. Lalu bicara dengan keras). Semua akan kutembak !
Apa kau kira aki tidak punya harga diri?
Apa kau kira aku tidak sedang mengejar karir dalam ketentaraan ?
Tanyakan padaku berapa umurku saat ini !
Tiga puluh sembilan.
Tanyakan Bauer, tanyakan ten Have, tanyakan Sollewijn berapa umur mereka?
Letnan van Aken terdiam melihat frustrasi yang mendalam dibalik wajah rekannya itu.
4.5 Monolog
Monolog
adalah suatu percakapan seorang pelaku dengan dirinya sendiri. Dengan
melakukan monolog, penonton dapat mengetahui, gejolak perasaan yang
sedang dirasakannya oleh pemain pada waktu itu.
Perhatikan cuplikan monolog tokoh Larasati dalam Lakon Kuda Perang, sebuah lakon adaptasi dari Egmont karya Goethe.
LARASATI
: Kakang Purbatura, kaukah itu ? tak ada siapa-siapa? Aku akan menaruh
lampu ini di jendela. Mungkin ia akan melihat bahwa aku masih bangun.
Bahwa aku masih menunggunya. Ia berjanji akan memberi khabar…….memberi
khabar……….?
Mengerikan……..! Pangeran Angkaraksa ditangkap !
Pengadilan mana yang mempunyai wewenanguntuk memanggil dia? Mereka
berani menangkapnya? Baginda yang menghukum dia, ataukah Adipati Andalan
? Ratu Pramodarwardhani mengundurkan diri. Pangeran Jinggalaras was-was
seperti juga teman-temannya. Ini kah dunia yang penuh tingkah dan
penghianatan, sementara aku tak berpengalaman apa-apa? Ini kah dunia?
Siapa yang sanggup berbuat begitu hina, begitu kurang ajar, dengki, mendendam seorang yang begitu baik……..?
Oleh
Pengeran Anggaraksa, aku mintakan do’a keselamatan di hadapan Dewata,
semoga selamat seperti ketika berada dalam genggaman tanganku…………………dst.
Epilog
Epilog
merupakan kata penutup yang dipergunakan untuk mengakhiri suatu
pementasan lakon drama serta berguna untuk menyimpulkan dan menarik
pelajaran dari apa yang telah terjadi pada pertunjukkan di atas pentas
tadi.
Sabtu, 19 Mei 2012
Materi Rancang Bangun Jaringan
Berikut ini Materi Rancang Bangun Jaringan TKJ Kurikulum 2013 yang diajarkan di Kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan SMK. Langsung saja ki...
0 komentar:
Posting Komentar